Pada Hari Kamis, 5 Oktober 2023, suasana penuh semangat memenuhi ruang Eastparc Hotel Yogyakarta. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar acara tahunan mereka yakni Seminar Nasional Sosial Ekonomi Pertanian. Sejak tahun 2014, kegiatan ini telah menjadi ajang rutin yang mengangkat tema-tema besar berkaitan dengan berbagai penelitian di bidang sosial ekonomi pertanian. Tahun ini, tema yang diusung adalah “Transformasi Pertanian Indonesia Menuju Pertanian yang Efisien, Inklusif, Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan Mensejahterakan Petani.”
Dalam kegiatan ini, sejumlah pembicara terkemuka diundang untuk berbagi pemikiran dan pengalaman mereka. Keynote Speaker Dida Gardera, S.T., M.Sc. selaku Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam, membuka acara dengan membahas Transformasi Pertanian Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Ia menyoroti isu-isu krusial dalam sektor pangan dan pertanian, beliau menegaskan bahwa sektor pertanian tidak hanya membutuhkan adaptasi, melainkan juga peningkatan mitigasi untuk menghadapi tantangan masa depan.
Sesi pemaparan materi oleh tiga pembicara utama semakin menggali secara lebih dalam terkait tema yang diangkat dalam kegiatan ini. Prof. Dr. Jamhari, S.P., M.P., (Guru Besar dari Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UGM) membahas Transformasi Kelembagaan Pertanian Indonesia. Dalam pidatonya, ia menekankan perlunya kelembagaan yang kuat dalam transformasi pertanian. Menurutnya, kunci transformasi adalah melalui holding, konsolidasi, modernisasi pertanian, pembentukan pengusaha muda pertanian lokal, serta kerjasama antara kelompok tani/gapoktan/koperasi pertanian dengan berbagai perusahaan mitra, baik BUMN, BUMD, BUMDES, maupun sektor swasta.
R.R. Yuli Sri Wilanti, S.Pi., M.P., (Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian) membahas Transformasi Rantai Pasok Komoditas Pertanian Indonesia. Dalam pidatonya, ia menggarisbawahi pentingnya mengatasi permasalahan sektor hortikultura melalui kemitraan closed loop agribisnis hortikultura. Model ini melibatkan berbagai stakeholder dan didasarkan pada ekosistem digital, teknik budi daya Good Agricultural Practices (GAP), sistem distribusi yang efisien, dan jaminan pasar harga yang bersaing.
Sementara itu, Dr. Dwi Indra Purnomo (Dosen Universitas Padjajaran – Founder “The Local Enabler”) membahas Pertanian Inklusif menuju Indonesia Emas 2045. Ia merancang strategi inklusif yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, masyarakat petani, LSM, dan organisasi non-pemerintah. Kolaborasi lintas sektoral ini dirancang untuk memastikan bahwa inovasi dan teknologi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat pertanian, menjadikan mereka sebagai agen perubahan menuju Indonesia yang lebih adil, makmur, dan berkelanjutan pada tahun 2045.
Seminar ini tidak hanya berfokus pada pidato-pidato para pembicara utama, namun juga mencakup enam sub tema penting untuk masing-masing penelitian yang di presentasikan dalam sesi sidang paralel. Enam tema tersebut antara lain :
1. Peningkatan dan Optimalisasi Usaha Tani.
2. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembangunan Pertanian.
3. Sumber Daya Manusia Sektor Pertanian.
4. Kelembagaan dan Pembiayaan Pertanian.
5. Perubahan Iklim dan Keberlanjutan Usaha Pertanian.
6. Manajemen Agribisnis dan Agroindustri.
Partisipasi para peserta yang terdiri dari akademisi, praktisi, dan mahasiswa menciptakan suasana kolaboratif demi pembangunan sektor pertanian Indoensia yang lebih baik. Harapannya, melalui kegiatan ini, semangat kebersamaan dan kerjasama antara masyarakat, civitas akademika, peneliti, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dapat tumbuh dan berkembang. Dengan demikian, Indonesia dapat meraih impian menuju pertanian yang efisien, inklusif, berdaya saing, berkelanjutan, dan mensejahterakan petani, menjadikan Indonesia sebagai negara yang gemilang dalam sektor pertanian di masa mendatang.